FC Barcelona

Kamis, 07 Juni 2012

Pemimpin yang kultural

Menjadi pemimpin yang kultural


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis ajukan sebagai tugas pada mata kuliah Kepemimpinan Strategi.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Namun, penulis menyadari keterbatasan kemampuan pada diri penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini, sehingga menjadi sumbangan yang berarti bagi kita semua pada masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Pekanbaru, Mei 2012


Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Masalah   kepemimpinan   adalah   suatu   hal   yang   sangat urgen dalam suatu organisasi, kerena  kepemimpinan  merupakan kekuatan   aspirasional,   semangat   dan   kekuatan   moral   yang   kreatif,   yang   mampu mempengaruhi anggota untuk  mengubah sikap,  tingkah laku  kelompok atau organisasi menjadi  searah  dengan  kemauan  dan  aspirasi  pemimpin  oleh  interpersonal  pemimpin terhadap anak   buahnya   (Kartini Kartono, 1998: IX).
Pemimpin merupakan  faktor  penentu dalam sukses  atau gagalnya suatu organisasi. Kualitas  pemimpin  menentukan  keberhasilan  lembaga  atau  organisasinya, sebab pemimpin  yang  sukses  itu  mampu  mengelola  organisasi,  bisa  mempengaruhi secara konstruktif  orang  lain,  dan  menunjukkan  jalan  serta  prilaku  yang  benar  yang harus dilakukan secara bersama. Dia juga mampu membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka            waktu  yang telah ditetapkan, sehingga pemimpin mempunyai kesempatan   paling banyak untuk mengubah “jerami menjadi emas” atau justru sebaliknya bisa mengganti “setumpuk uang menjadi abu” jika pemimpin salah langkah.
Keberhasilan para pemimpin bukan merupakan fenomena  kebetulan, melainkan salah satunya karena memiliki kompetensi untuk membangun budaya organisasi. Budaya organisasi  mengacu  pada  kesatuan  sistem  makna  yang  dianut  oleh  anggota yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini bila diamati   lebih   seksama   merupakan   karakteristik   utama   yang   dihormati   oleh  organisasi tersebut. Budaya organisasi adalah watak, karakter, dan kepribadian organisasi   yang   dibangun   oleh   para anggota komunitas organisasi atau sebaliknya justru budaya organisasi menentukan prilaku para anggota organisasi.
Pembentukan budaya organisasi salah satunya melalui seorang pemimpin dengan gaya dan prilakunya bisa menciptakan nilai, aturan kerja yang dipahami dan disepakati bersama   serta   mampu   mempengaruhi   atau   mengatur   prilaku   individu   yang   ada   di dalamnya. Sehingga nilai-nilai tersebut menjadi prilaku panutan bersama Selain itu, pendiri dan pemilik organisasi juga dapat mempengaruhi pembentukan budaya  organisasi,  sehingga  dapat  kita  ketahui  bahwa  pemimpin       dan  pendiri  dalam suatu   organisasi  memiliki peran  besar   dalam  membangun   budaya  organisasi,  maka dibutuhkan  kepemimpinan yang positif  dan inovatif   dalam suatu organisasi, sehingga budaya   organisasi   tersebut   menjadi   kuat.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apakah pemimpin yang kultural itu dan bagaimana ciri-ciri pemimpin yang mempunyai sifat kultural?
b.      Bagaimana langkah untuk menjadi pemimpin yang kultural?
c.       Bagaimana pengaruh pemimpin terhadap budaya organisasi?

1.3  Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui ciri-ciri pemimpin yang mempunya sifat kultural
b.      Untuk mengetahui langkah menjadi pemimpin yang kultural
c.       Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemimpin terhadap budaya organisasi.

1.4  Metode Penulisan
Metode penulisan yang penulis gunakan untuk menyusun makalah ini adalah studi literatur yang bersumber dari buku ilmiah, internet, dan sumber-sumber bacaanya lainnya.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kepemimpinan
            Masalah kepemimpinan adalah hal yang amat menarik untuk di kaji, peranan pemimpin dalam suatu organisasi sebagai steakholder akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi secara mutlak. Pemimpin harus mampu menghadapi perubahan zaman yang kian kompleks dan merambah kedalam berbagai dimensi. Pemimpin harus mampu sebagai manajer yang bisa   mengemudikan laju jalannya organisasi dalam mengarumi bahtera untuk mencapai visi dan misi dengan baik.  Seluruh instrument organisasi adalah sebuah system yang harus berjalan untuk menjalankan tugas dan fungsinya dari instruksi yang baik oleh seorang pemimpin.
Dalam bahasa Inggris, pemimpin disebut leader dari akar kata to lead.  Dalam kata kerja itu terkandung beberapa arti yang saling berhubungan erat: bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran/pendapat orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.  Dengan demikian, seorang pemimpin adalah seorang yang bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran/pendapat/tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.
2.1.1 Pengertian Pemimpin
            Secara  etimologi  pemimpin  berasal  dari  kata  dasar  “pimpin”  (lead)  berarti bimbing  atau  tuntun,  dengan  begitu  di  dalamnya  terdapat  dua  pihak  yaitu  yang dipimpin  (rakyat)  dan  yang        memimpin  (imam).  Setelah  ditambah  awalan  “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang  mempengaruhi pihak lain melalui proses  kewibawaan  komunikasi  sehingga  orang  lain  tersebut  bertindak  sesuatu dalam  mencapai tujuan   tertentu.   Pemimpin   adalah   seorang   yang   mempunyai kemampuan  untuk mempengaruhi  individu  dan  kelompok  untuk  dapat  bekerja sama   mencapai   tujuan yang telah   ditentukan.   Hendry   Pratt   Fairchild   dalam Kartini Kartono (2006:38-39) mengemukakan bahwa pemimpin dalam pengertian yang luas adalah seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku   sosial   dengan   mengatur, menunjukkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya         orang lain atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Sedangkan dalam pengertian yang terbatas pemimpin ialah seseorang   yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa bawahan yang dipimpinnya, mengerti kekuatan dan   kelemahan   bawahannya,   dan   mengerti bagaimana   cara memanfaatkan         kekuatan bawahan untuk mengimbangi kelemahan yang mereka miliki.
Selanjutnya Sudriamunawar (Harbani, 2008:3) mengemukakan bahwa Pemimpin   adalah seseorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya   untuk   melakukan       kerja    sama    ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Seorang pemimpin (leader) dalam penerapannya mengandung konsekuensi  terhadap  dirinya,  antara  lain;  harus  berani  mengambil  keputusan sendiri  secara  tegas  dan  tepat  (decision  making),  harus  berani  menerima  resiko sendiri;   dan   harus   berani   menerima   tanggung   jawab   sendiri   (the   principle   of absoluteness of responsibility).
Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pemimpin merupakan pribadi yang spesial, terpilih, berwibawa, memiliki kelebihan sehingga mampu memotivasi serta mempengaruhi individu atau kelompok untuk hal-hal tertentu.

2.1.2 Pengertian Kepemimpinan
            Anagora (1992) dalam Harbani (2008:5) mengemukakan, bahwa kepemimpinan adalah      kemampuan untuk memengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untukmenggerakkan orang-orang agar dengan   penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok.  
Kepemimpinan   juga   diartikan   sebagai   kemampuan   mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama; dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara            dan mengembangkan  budaya  organisasi  (Stogdill dalam  Stoner  dan  Freeman  1989: 459-460).   Unsur-unsur kepemimpinan menurut Stogdill adalah:
a.       Adanya keterlibatan anggota organisasi sebagai pengikut.
b.      Distribusi kekuasaan di antara pemimpin dengan anggota organisasi.
c.       Legitimasi diberikan kepada pengikut.
d.      Pemimpin mempengaruhi pengikut melalui berbagai cara.
Kepemimpinan  adalah  aktivitas  untuk  mempengaruhi  perilaku  orang  lain agar   mereka   mau   diarahkan   untuk   mencapai   tujuan   tertentu.   Kepemimpinan diartikan  sebagai  kemampuan  menggerakkan  atau  memotivasi  sejumlah  orang agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan         terarah pada pencapaian tujuannya. Kepemimpinan juga merupakan proses menggerakkan grup atau kelompok dalam arah yang sama tanpa paksaan.
Dari   pengertian   di   atas,   maka   pemimpin   pada   hakikatnya   merupakan seorang yang mempunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain sekaligus mampu  mempengaruhi  orang  tersebut  untuk  melakukan  sesuatu  sesuai  dengan tujuan  yang  hendak  dicapai.
2.2 Budaya Organisasi
2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi
            Budaya organisai adalah  sistem  nilai,  norma-norma  aturan,  falsafah kepercayaan dan  sikap yang  dianut bersama para  anggota  yang  berpengaruh  terhadap  pola  kerja serta   pola   manajemen   organisasi.   Budaya   organisasi   tercermin   pada   pola   pikir, berbicara dan prilaku yang konsisten pada anggota/ karyawan yang terlibat atau terikat dalam pengelolaan organisasi. Misalnya cara mengambil keputusan, cara berkomunikasi dan cara   berinteraksi   dalam   lingkungan   internal   maupun   eksternal organisasi.
Terdapat kesepakatan luas bahwa budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan  organisasi  itu  dengan  organisasi  lainnya.
2.2.2 Pentingnya Budaya Organisasi
            Budaya  organisasi  sangat  berpengaruh  pada  efektifitas  organisasi,  karena hal  tersebut  berpengaruh  pada  perilaku  anggota  atau  individu  kelompok     dalam pencapaian prestasi untuk mewujudkan tujuan orgnisasi tersebut.
Budaya  yang  ada  dalam  suatu  organisasi  ada  yang  kuat  ada  yang lemah. Suatu budaya   yang   kuat   ditandai   oleh   nilai-nilai   inti   organisasi   yang   dipegang kukuh dan disepakati secara luas.      Semakin banyak anggota organisai yang menerima nilai-nilai inti dan   semakin besar   komitmen   mereka   terhadp   nilai tersebut, samakin kuat budaya organisasi.
Sedangkan budaya organisasi yang lemah tercermin  pada kurangnya komitmen  anggota  terhadap  nilai-nilai  dan  kepercayaan  serta  sikap  bersama  yang biasa   dilakukan   atau   disepakati. Sejalan dengan  pernyataan ini, suatu budaya organisasi  yang  kuat  jelas  sekali  akan  memiliki  pengaruh  yang  besar  dalam  sikap anggota organisasi dibandingkan dengan budaya yang lemah.

2.2.3 Pembentukan dan Pengelolaan Budaya Organisasi
            Pengelolan budaya tidak saja diarahkan pada penciptaan budaya produktif, tetapi juga   berupaya merekayasa dan mengubah budaya  negatife  yang menjadi counterproduktive dalam  upaya  mencapai  efektifitas  organisasi.  Upaya  pengubahan budaya tersebut menjadi tanggungjawab bersama di bawah kendali  pemimpin organisasi.
Mengubah  budaya  bukan  pekerjaan  yang  mudah  karena  budaya  terkait  dengan self  reinforcing,  namun  pemimpin  dapat  melakukan  perubahan  melalui  manajemen, yaitu  dengan  menetapkan   perencanaan,  pengorganisasian,   pelaksanaan  dan  evaluasi yang dipandu oleh nilai-nilai yang diinginkan. Dalam  mengubah  budaya  negatif,  seorang  pemimpin  harus  memahami  bahwa budaya  organisasi  (system dari  nilai bersama, kepercayaan,  dan  norma-norma)   adalah produk   dari   interaksi   antara   proses   seleksi,   fungsi   manajerial,   prilaku   organisasi, struktur  dan  proses  lingkungan  yang  lebih  luas  sebagai  tempat organisasi berada  dan proses pemindahan.    Kultur  dalam  setiap organisasi merefleksi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan aktivitas pengendalian.
Pengubahan  budaya  organisasi  diarahkan  pada  pencapaian  efektifitas  organisasi yang   tinggi.  Apabila  budaya  dirasakan  menghambat  gerak  langkah  anggota  karena terdapat  beberapa  tatacara  yang  tidak  relevan  lagi  dengan  tuntutan  kerja  masa  kini. Pimpinan  harus  responsive  menata  manajemen  guna  mencapai  efektifitas  organisasi.
2.3 Pemimpin Yang Kultural
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang selalu mendedikasikan dirinya untuk kepentingan umum, ia senantiasa berupaya untuk menjadi contoh dan teladan yang terdepan, agar setiap orang yang dipimpinnya terdorong untuk melakukan hal-hal yang benar. Kesadaran pemimpin akan hal ini perlu untuk selalu ditumbuhkan melalui kepekaan nurani yang bersih yang ada pada setiap diri pemimpin, mengingat budaya kita lebih pada budaya paternalistik di mana rakyat selalu melihat dan meniru apa yang dilakukan oleh pemimpinnya.
Kepemimpinan Kultural sangat terkait dengan budaya atau tradisi organisasi. Perilaku yang diterapkan akan mewarnai budaya organisasinya baik dengan menemukan berbagai budaya baru (inovatif) maupun dengan mempertahankan (maintenance) berbagai budaya lama yang sudah ada. Beberapa ciri dari Kepemimpinan Kultural antara lain :
1.      Memiliki visi dan misi yang mengarah pada ideologi baik yang radikal dengan mengubah budaya yang sudah ada maupun konservatif dengan memepertahankan budaya sebelumnya.
2.      Kualitas pribadi, dimana pemimpin memiliki rasa percaya diri, kepribadian yang dominan, ekspresif atau sebaliknya percaya pada kelompok, fasilitator dan persuasif.
3.      Perilaku kepemimpinan, dimana pemimpin memberikan peran yang efektif kepada bawahan, pandai memotivasi, selalu meningkatkan rasa percaya diri pegawai, memperhatikan kompetensi bawahan, pandai mengartikulasikan idiologi, dan menyerukan cita-cita yang tinggi.
4.      Tindakan administratif yang mengarah pada perubahan struktur organisasi dengan strategi-strategi baru atau memperkuat struktur yang ada dengan mengubah struktur sedikit demi sedikit.
5.      Penggunaan nilai/tradisi dengan menciptakan berbagai tradisi baru atau meneruskan tradisi yang sudah ada yang dinilai baik.
6.      Para pengikut memiliki kepercayaan bahwa pimpinan memiliki berbagai kemampuan yang luar biasa yang dibutuhkan terutama pada saat krisis atau transisi.

Melihat perspektif diatas, maka pemimpin kultural adalah pemimpin yang mempunyai ideologi keperpihakan terhadap budaya atau nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya. Jika nilai itu sudah kurang menarik atau cendrung menghambat ia akan memodifikasinya tanpa merubah identitas aslinya sehingga akar jatidiri budayanya tidak akan hilang.
Kepemimpinan kultural sangat terkait dengan budaya organisasi. Trice & Beyer  telah menformulasikan  sebuah  model  kepemimpinan  yang  membandingkan perubahan  budaya  dan kepemimpinan yang mempertahankan  budaya.  Kondisi  dan kemampuan kepemimpinan tersebut menciptakan sebuah     kesan   mengenai kompetensi, mengartikulasikan idiologi, mengkomunikasikan   pendirian   yang   kuat dan  harapan-harapan  yang  tinggi  serta  kepercayaan  terhadap  pengikutnya,  bertindak sebagai model peran dan selain itu memotivasi komitmen pengikut terhadap sasaran-sasaran dan strategi organisasi.
Pemimpin   yang   mempertahankan   kultural   menegaskan   nilai-nilai   dan   tradisi yang berlaku dan cocok bagi  keberhasilan secara terus  menerus dari organisasi tersebut,  dan  hanya  membuat  perubahan  sedikit  demi  sedikit  dalam strategi  tersebut. Sebaliknya kepemimpinan yang melakukan inovasi cultural mengajukan sebuah idiologi dengan nilai-nilai baru untuk menghadapi sebuah krisis yang serius.
Sebagai salah satu contoh konkrit mengenai pemimpin yang memiliki sifat kultural adalah Umar bin Khatab, ketika ia dicerca secara langsung oleh warganya yang menderita kelaparan, Umar menangis dan kemudian memanggul sendiri sekarung gandum untuk diberikan kepada warganya tadi dan ia selalu intropeksi diri atas segala apa yang ia perbuat untuk rakyatnya, Umar juga sosok yang senang mendapat kritikan, padahal ia dikenal sebagai pemimpin yang keras dan tegas, misalnya ia tersenyum dan bangga pada seorang pemuda yang mengancamnya dengan kata-kata yang keras “jika Umar menyimpang maka akan aku luruskan dengan pedangku”. Umar juga pernah mendapat kritikan yang mengarah pada dugaan bahwa ia telah melakukan korupsi melalui kekuasaan yang ia miliki dan kritikan itu datang dari seorang Abdurahman bin ‘Auf “ hai Umar, aku tidak akan mendengar Khutbahmu sebelum engkau jelaskan tentang baju yang kamu pakai”, luar biasa umar menjawab dengan santun mengenai kritikan itu, yang membuat semua orang terpuaskan dengan jawabannya, padahal bisa saja Umar menghukum setiap orang yang mengkritik dan mencercanya dengan kekuasaan yang ia miliki, tapi Umar adalah pemimpin yang bijak yang memiliki sifat kultural yang baik, yang menempatkan kekuasaan adalah “amanah dan hukum adalah panglima untuk menyelenggarakan kesejahteraan dan keadilan bagi setiap masyarakat. Umar juga seorang pemimpin yang tidah pernah kompromi dengan segala bentuk KKN, Umar menolak dengan tegas usulan para penasihatnya agar mengangkat salah seorang putranya untuk menjadi pejabat pada pemerintahan yang ia pimpin.

2.4 Langkah-langkah Menjadi Pemimpin yang Kultural
Menurut  Schein  (19921)  para  pemimpin  mempunyai  potensi  paling  besar  dalam menanamkan dan memperkuat aspek budaya dengan lima langkah yaitu
1.      Perhatian (attentiona1), para pemimpin mengkomunikasikan prioritas-prioritas nilai   perhatian melalui pilihan mereka mengenai sesuatu untuk menanyakan, mengukur, memberi pendapat, memuji, mengkritik. Hal tersebut dikomunikasikan selama kegiatan memantau dan merencanakan.
2.      Reaksi terhadap krisis, krisis ini disignifikansikan karena emosionalitas disekelilingnya, meningkatkan potensi untuk mempelajari nilai-nilai dan asumsi.
3.      Pemodelan   peran,   karena   pemimipin   dapat   mengkomunikasikan   nilai-nilai dan   harapan   melalui   tindakan   mereka   sendiri   khususnya   tindakan   yang memperlihatkan  kesetiaan  yang  istimewa,  pengorbanan  diri  dan  pelayanan yang melebihi apa yang ditugaskan.
4.      Alokasi imbalan, criteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan imbalan seperti peningkatan upah atau promosi yang mengkomunikasikan  apa  yang  dinilai  oleh  pemimpin  dan  organisasi  tersbut. Pengakuan  formal  dan  pujian  yang  tidak  formal  mengkomunikasikan  juga perhatian serta prioritas seorang pemimpin.
5.      Kriteria menseleksi dan memberhentikan, para pemimpin dapat mempengaruhi  budaya  dengan  merekrut  orang-orang  yang  mempunyai  nilai, keterampilan  dan  cirri-ciri  tertentu  dengan  mempromosikan  mereka  dengan posisi kekuasaan.


BAB 4
KESIMPULAN

Pemimpin merupakan pribadi yang spesial, terpilih, berwibawa, memiliki kelebihan sehingga mampu memotivasi serta mempengaruhi individu atau kelompok untuk hal-hal tertentu.
Kepemimpinan kultural sangat terkait dengan budaya organisasi. Pemimpin kultural adalah pemimpin yang mempunyai ideologi keperpihakan terhadap budaya atau nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya. Jika nilai itu sudah kurang menarik atau cendrung menghambat ia akan memodifikasinya tanpa merubah identitas aslinya sehingga akar jatidiri budayanya tidak akan hilang.






DAFTAR PUSTAKA




0 komentar:

Posting Komentar

Online Job for All. Work from home computer.
Online Job for All. Work from home computer.