Menjadi pemimpin yang kultural
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini penulis ajukan sebagai tugas pada mata kuliah Kepemimpinan Strategi.
Penulis
telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Namun,
penulis menyadari keterbatasan kemampuan pada diri penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini, sehingga menjadi sumbangan yang berarti bagi
kita semua pada masa yang akan datang.
Akhirnya
penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Pekanbaru,
Mei 2012
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Masalah
kepemimpinan adalah suatu
hal yang sangat urgen dalam suatu organisasi,
kerena kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, semangat
dan kekuatan moral
yang kreatif, yang
mampu mempengaruhi anggota untuk
mengubah sikap, tingkah laku kelompok atau organisasi menjadi searah
dengan kemauan dan
aspirasi pemimpin oleh
interpersonal pemimpin terhadap
anak buahnya (Kartini Kartono, 1998: IX).
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi. Kualitas pemimpin
menentukan keberhasilan lembaga
atau organisasinya, sebab
pemimpin yang sukses
itu mampu mengelola
organisasi, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang
lain, dan menunjukkan
jalan serta prilaku
yang benar yang harus dilakukan secara bersama. Dia juga
mampu membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, sehingga pemimpin mempunyai kesempatan paling banyak untuk mengubah “jerami menjadi
emas” atau justru sebaliknya bisa mengganti “setumpuk uang menjadi abu” jika
pemimpin salah langkah.
Keberhasilan para pemimpin bukan merupakan fenomena kebetulan, melainkan salah satunya karena
memiliki kompetensi untuk membangun budaya organisasi. Budaya organisasi mengacu
pada kesatuan sistem
makna yang dianut
oleh anggota yang membedakan
organisasi itu dengan organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini bila diamati lebih
seksama merupakan karakteristik utama
yang dihormati oleh organisasi
tersebut. Budaya organisasi adalah watak, karakter, dan kepribadian organisasi yang
dibangun oleh para anggota komunitas organisasi atau sebaliknya
justru budaya organisasi menentukan prilaku para anggota organisasi.
Pembentukan budaya organisasi salah satunya melalui seorang
pemimpin dengan gaya dan prilakunya bisa menciptakan nilai, aturan kerja yang
dipahami dan disepakati bersama
serta mampu mempengaruhi atau
mengatur prilaku individu
yang ada di dalamnya. Sehingga nilai-nilai tersebut
menjadi prilaku panutan bersama Selain itu, pendiri dan pemilik organisasi juga
dapat mempengaruhi pembentukan budaya
organisasi, sehingga dapat
kita ketahui bahwa
pemimpin dan pendiri
dalam suatu organisasi memiliki peran besar
dalam membangun budaya
organisasi, maka dibutuhkan kepemimpinan yang positif dan inovatif
dalam suatu organisasi, sehingga budaya
organisasi tersebut menjadi
kuat.
1.2
Rumusan
Masalah
a. Apakah
pemimpin yang kultural itu dan bagaimana ciri-ciri pemimpin yang mempunyai
sifat kultural?
b. Bagaimana
langkah untuk menjadi pemimpin yang kultural?
c. Bagaimana
pengaruh pemimpin terhadap budaya organisasi?
1.3
Tujuan
Penulisan
a. Untuk
mengetahui ciri-ciri pemimpin yang mempunya sifat kultural
b. Untuk
mengetahui langkah menjadi pemimpin yang kultural
c. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh pemimpin terhadap budaya organisasi.
1.4
Metode
Penulisan
Metode penulisan yang penulis gunakan untuk menyusun
makalah ini adalah studi literatur yang bersumber dari buku ilmiah, internet, dan
sumber-sumber bacaanya lainnya.
BAB 2
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kepemimpinan
Masalah kepemimpinan adalah hal yang
amat menarik untuk di kaji, peranan pemimpin dalam suatu organisasi sebagai steakholder akan menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi secara mutlak. Pemimpin harus mampu menghadapi
perubahan zaman yang kian kompleks dan merambah kedalam berbagai dimensi.
Pemimpin harus mampu sebagai manajer yang bisa
mengemudikan laju jalannya organisasi dalam mengarumi bahtera untuk
mencapai visi dan misi dengan baik.
Seluruh instrument organisasi adalah sebuah system yang harus berjalan
untuk menjalankan tugas dan fungsinya dari instruksi yang baik oleh seorang
pemimpin.
Dalam
bahasa Inggris, pemimpin disebut leader
dari akar kata to lead. Dalam kata kerja itu terkandung beberapa arti
yang saling berhubungan erat: bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil
langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran/pendapat
orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui
pengaruhnya. Dengan demikian, seorang
pemimpin adalah seorang yang bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil
langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan
pikiran/pendapat/tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang
lain melalui pengaruhnya.
2.1.1 Pengertian
Pemimpin
Secara etimologi
pemimpin berasal dari
kata dasar “pimpin”
(lead) berarti bimbing atau
tuntun, dengan begitu
di dalamnya terdapat
dua pihak yaitu
yang dipimpin (rakyat) dan
yang memimpin (imam).
Setelah ditambah awalan
“pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan
komunikasi sehingga orang
lain tersebut bertindak
sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu. Pemimpin
adalah seorang yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu
dan kelompok untuk
dapat bekerja sama mencapai
tujuan yang telah
ditentukan. Hendry Pratt
Fairchild dalam Kartini Kartono
(2006:38-39) mengemukakan bahwa pemimpin dalam pengertian yang luas adalah
seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial
dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisir
atau mengontrol usaha/upaya orang lain
atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Sedangkan dalam pengertian yang
terbatas pemimpin ialah seseorang yang
membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/
penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
Pemimpin
yang efektif dalam menerapkan gaya
tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa bawahan yang
dipimpinnya, mengerti kekuatan dan
kelemahan bawahannya, dan
mengerti bagaimana cara
memanfaatkan kekuatan bawahan
untuk mengimbangi kelemahan yang mereka miliki.
Selanjutnya
Sudriamunawar (Harbani, 2008:3) mengemukakan bahwa Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecakapan
tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerja sama ke arah pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Seorang
pemimpin (leader) dalam penerapannya mengandung
konsekuensi terhadap dirinya,
antara lain; harus
berani mengambil keputusan sendiri secara
tegas dan tepat
(decision making),
harus berani menerima
resiko sendiri; dan harus
berani menerima tanggung
jawab sendiri (the principle
of absoluteness of responsibility).
Dari
beberapa definisi tersebut diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa pemimpin merupakan pribadi yang spesial, terpilih, berwibawa, memiliki
kelebihan sehingga mampu memotivasi serta mempengaruhi individu atau kelompok
untuk hal-hal tertentu.
2.1.2 Pengertian
Kepemimpinan
Anagora (1992) dalam Harbani
(2008:5) mengemukakan, bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untukmenggerakkan orang-orang agar
dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang
hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. Kepemimpinan diartikan sebagai proses
mempengaruhi dan mengarahkan berbagai
tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok.
Kepemimpinan juga
diartikan sebagai kemampuan
mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi
komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama; dan kemampuan
mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan mengembangkan budaya
organisasi (Stogdill dalam Stoner
dan Freeman 1989: 459-460). Unsur-unsur kepemimpinan menurut Stogdill
adalah:
a. Adanya
keterlibatan anggota organisasi sebagai pengikut.
b. Distribusi
kekuasaan di antara pemimpin dengan anggota organisasi.
c. Legitimasi
diberikan kepada pengikut.
d. Pemimpin
mempengaruhi pengikut melalui berbagai cara.
Kepemimpinan adalah
aktivitas untuk mempengaruhi
perilaku orang lain agar
mereka mau diarahkan
untuk mencapai tujuan
tertentu. Kepemimpinan
diartikan sebagai kemampuan
menggerakkan atau memotivasi
sejumlah orang agar secara
serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian tujuannya. Kepemimpinan juga
merupakan proses menggerakkan grup atau kelompok dalam arah yang sama tanpa
paksaan.
Dari pengertian
di atas, maka
pemimpin pada hakikatnya
merupakan seorang yang mempunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain
sekaligus mampu mempengaruhi orang
tersebut untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
2.2 Budaya Organisasi
2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisai adalah sistem
nilai, norma-norma aturan,
falsafah kepercayaan dan sikap
yang dianut bersama para anggota
yang berpengaruh terhadap
pola kerja serta pola
manajemen organisasi. Budaya
organisasi tercermin pada
pola pikir, berbicara dan
prilaku yang konsisten pada anggota/ karyawan yang terlibat atau terikat dalam
pengelolaan organisasi. Misalnya cara mengambil keputusan, cara berkomunikasi
dan cara berinteraksi dalam
lingkungan internal maupun
eksternal organisasi.
Terdapat
kesepakatan luas bahwa budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem pengertian
bersama yang dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi
itu dengan organisasi
lainnya.
2.2.2 Pentingnya Budaya Organisasi
Budaya organisasi
sangat berpengaruh pada
efektifitas organisasi, karena hal tersebut
berpengaruh pada perilaku
anggota atau individu
kelompok dalam pencapaian
prestasi untuk mewujudkan tujuan orgnisasi tersebut.
Budaya yang
ada dalam suatu
organisasi ada yang
kuat ada yang lemah. Suatu budaya yang
kuat ditandai oleh
nilai-nilai inti organisasi
yang dipegang kukuh dan disepakati secara luas. Semakin banyak anggota organisai yang
menerima nilai-nilai inti dan semakin besar komitmen
mereka terhadp nilai tersebut, samakin kuat budaya organisasi.
Sedangkan
budaya organisasi yang lemah tercermin pada kurangnya komitmen anggota
terhadap nilai-nilai dan
kepercayaan serta sikap
bersama yang biasa dilakukan
atau disepakati. Sejalan
dengan pernyataan ini, suatu budaya organisasi yang
kuat jelas sekali
akan memiliki pengaruh
yang besar dalam
sikap anggota organisasi dibandingkan dengan budaya yang lemah.
2.2.3 Pembentukan dan Pengelolaan Budaya Organisasi
Pengelolan budaya tidak
saja diarahkan pada penciptaan budaya produktif, tetapi juga berupaya merekayasa dan mengubah budaya negatife yang menjadi counterproduktive dalam upaya
mencapai efektifitas organisasi.
Upaya pengubahan budaya tersebut
menjadi tanggungjawab bersama di bawah kendali
pemimpin organisasi.
Mengubah budaya
bukan pekerjaan yang
mudah karena budaya
terkait dengan self reinforcing,
namun pemimpin dapat
melakukan perubahan melalui
manajemen, yaitu dengan menetapkan
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi
yang dipandu oleh nilai-nilai yang diinginkan. Dalam mengubah
budaya negatif, seorang
pemimpin harus memahami
bahwa budaya organisasi (system dari
nilai bersama, kepercayaan,
dan norma-norma) adalah produk dari
interaksi antara proses
seleksi, fungsi manajerial,
prilaku organisasi, struktur dan
proses lingkungan yang
lebih luas sebagai
tempat organisasi berada dan
proses pemindahan. Kultur dalam setiap
organisasi merefleksi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan aktivitas
pengendalian.
Pengubahan budaya
organisasi diarahkan pada
pencapaian efektifitas organisasi yang tinggi.
Apabila budaya dirasakan
menghambat gerak langkah
anggota karena terdapat beberapa
tatacara yang tidak
relevan lagi dengan
tuntutan kerja masa
kini. Pimpinan harus responsive
menata manajemen guna
mencapai efektifitas organisasi.
2.3 Pemimpin Yang Kultural
Pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang selalu mendedikasikan dirinya untuk kepentingan
umum, ia senantiasa berupaya untuk menjadi contoh dan teladan yang terdepan,
agar setiap orang yang dipimpinnya terdorong untuk melakukan hal-hal yang
benar. Kesadaran pemimpin akan hal ini perlu untuk selalu ditumbuhkan melalui
kepekaan nurani yang bersih yang ada pada setiap diri pemimpin, mengingat
budaya kita lebih pada budaya paternalistik di mana rakyat selalu melihat dan
meniru apa yang dilakukan oleh pemimpinnya.
Kepemimpinan
Kultural sangat terkait dengan budaya atau tradisi organisasi. Perilaku yang
diterapkan akan mewarnai budaya organisasinya baik dengan menemukan berbagai
budaya baru (inovatif) maupun dengan mempertahankan (maintenance) berbagai
budaya lama yang sudah ada. Beberapa ciri dari Kepemimpinan Kultural antara
lain :
1. Memiliki
visi dan misi yang mengarah pada ideologi baik yang radikal dengan mengubah
budaya yang sudah ada maupun konservatif dengan memepertahankan budaya
sebelumnya.
2.
Kualitas pribadi, dimana pemimpin
memiliki rasa percaya diri, kepribadian yang dominan, ekspresif atau sebaliknya
percaya pada kelompok, fasilitator dan persuasif.
3.
Perilaku kepemimpinan, dimana
pemimpin memberikan peran yang efektif kepada bawahan, pandai memotivasi,
selalu meningkatkan rasa percaya diri pegawai, memperhatikan kompetensi
bawahan, pandai mengartikulasikan idiologi, dan menyerukan cita-cita yang
tinggi.
4.
Tindakan administratif yang mengarah
pada perubahan struktur organisasi dengan strategi-strategi baru atau
memperkuat struktur yang ada dengan mengubah struktur sedikit demi sedikit.
5.
Penggunaan nilai/tradisi dengan
menciptakan berbagai tradisi baru atau meneruskan tradisi yang sudah ada yang
dinilai baik.
6.
Para pengikut memiliki kepercayaan
bahwa pimpinan memiliki berbagai kemampuan yang luar biasa yang dibutuhkan
terutama pada saat krisis atau transisi.
Melihat perspektif diatas, maka
pemimpin kultural adalah pemimpin yang mempunyai ideologi keperpihakan terhadap
budaya atau nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya. Jika nilai itu sudah kurang
menarik atau cendrung menghambat ia akan memodifikasinya tanpa merubah
identitas aslinya sehingga akar jatidiri budayanya tidak akan hilang.
Kepemimpinan kultural sangat terkait
dengan budaya organisasi. Trice & Beyer
telah menformulasikan sebuah model
kepemimpinan yang membandingkan perubahan budaya
dan kepemimpinan yang mempertahankan
budaya. Kondisi dan kemampuan kepemimpinan tersebut
menciptakan sebuah kesan mengenai kompetensi, mengartikulasikan idiologi,
mengkomunikasikan pendirian yang
kuat dan harapan-harapan yang
tinggi serta kepercayaan
terhadap pengikutnya, bertindak sebagai model peran dan selain itu
memotivasi komitmen pengikut terhadap sasaran-sasaran dan strategi organisasi.
Pemimpin yang
mempertahankan kultural menegaskan
nilai-nilai dan tradisi yang berlaku dan cocok bagi keberhasilan secara terus menerus dari organisasi tersebut, dan
hanya membuat perubahan
sedikit demi sedikit
dalam strategi tersebut. Sebaliknya
kepemimpinan yang melakukan inovasi cultural mengajukan sebuah idiologi dengan
nilai-nilai baru untuk menghadapi sebuah krisis yang serius.
Sebagai
salah satu contoh konkrit mengenai pemimpin yang memiliki sifat kultural adalah
Umar bin Khatab, ketika ia dicerca secara langsung oleh warganya yang menderita
kelaparan, Umar menangis dan kemudian memanggul sendiri sekarung gandum untuk
diberikan kepada warganya tadi dan ia selalu intropeksi diri atas segala apa
yang ia perbuat untuk rakyatnya, Umar juga sosok yang senang mendapat kritikan,
padahal ia dikenal sebagai pemimpin yang keras dan tegas, misalnya ia tersenyum
dan bangga pada seorang pemuda yang mengancamnya dengan kata-kata yang keras
“jika Umar menyimpang maka akan aku luruskan dengan pedangku”. Umar juga pernah
mendapat kritikan yang mengarah pada dugaan bahwa ia telah melakukan korupsi
melalui kekuasaan yang ia miliki dan kritikan itu datang dari seorang
Abdurahman bin ‘Auf “ hai Umar, aku tidak akan mendengar Khutbahmu sebelum
engkau jelaskan tentang baju yang kamu pakai”, luar biasa umar menjawab dengan
santun mengenai kritikan itu, yang membuat semua orang terpuaskan dengan
jawabannya, padahal bisa saja Umar menghukum setiap orang yang mengkritik dan
mencercanya dengan kekuasaan yang ia miliki, tapi Umar adalah pemimpin yang
bijak yang memiliki sifat kultural yang baik, yang menempatkan kekuasaan adalah
“amanah dan hukum adalah panglima untuk menyelenggarakan kesejahteraan dan
keadilan bagi setiap masyarakat. Umar juga seorang pemimpin yang tidah pernah
kompromi dengan segala bentuk KKN, Umar menolak dengan tegas usulan para
penasihatnya agar mengangkat salah seorang putranya untuk menjadi pejabat pada
pemerintahan yang ia pimpin.
2.4 Langkah-langkah Menjadi Pemimpin yang Kultural
Menurut Schein
(19921) para pemimpin
mempunyai potensi paling
besar dalam menanamkan dan
memperkuat aspek budaya dengan lima langkah yaitu
1. Perhatian
(attentiona1), para pemimpin mengkomunikasikan prioritas-prioritas nilai perhatian melalui pilihan mereka mengenai
sesuatu untuk menanyakan, mengukur, memberi pendapat, memuji, mengkritik. Hal
tersebut dikomunikasikan selama kegiatan memantau dan merencanakan.
2. Reaksi
terhadap krisis, krisis ini disignifikansikan karena emosionalitas
disekelilingnya, meningkatkan potensi untuk mempelajari nilai-nilai dan asumsi.
3. Pemodelan peran,
karena pemimipin
dapat mengkomunikasikan nilai-nilai dan harapan
melalui tindakan mereka
sendiri khususnya tindakan
yang memperlihatkan
kesetiaan yang istimewa,
pengorbanan diri dan
pelayanan yang melebihi apa yang ditugaskan.
4. Alokasi
imbalan, criteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan imbalan
seperti peningkatan upah atau promosi yang mengkomunikasikan apa
yang dinilai oleh
pemimpin dan organisasi
tersbut. Pengakuan formal dan
pujian yang tidak formal mengkomunikasikan juga perhatian serta prioritas seorang
pemimpin.
5. Kriteria
menseleksi dan memberhentikan, para pemimpin dapat mempengaruhi budaya
dengan merekrut orang-orang
yang mempunyai nilai, keterampilan dan
cirri-ciri tertentu dengan
mempromosikan mereka dengan posisi kekuasaan.
BAB 4
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pemimpin
merupakan pribadi yang spesial, terpilih, berwibawa, memiliki kelebihan
sehingga mampu memotivasi serta mempengaruhi individu atau kelompok untuk
hal-hal tertentu.
Kepemimpinan kultural sangat terkait
dengan budaya organisasi. Pemimpin kultural adalah pemimpin yang mempunyai
ideologi keperpihakan terhadap budaya atau nilai-nilai yang sudah ada
sebelumnya. Jika nilai itu sudah kurang menarik atau cendrung menghambat ia
akan memodifikasinya tanpa merubah identitas aslinya sehingga akar jatidiri
budayanya tidak akan hilang.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar